Pada ayat ini Allah telah menjelaskan sunah dan ketetapan-Nya sesuai dengan hikmah kebijaksanaan dan keadilan-Nya, apabila Allah hendak membinasakan suatu umat karena kedurhakaan dan kezalimannya, terlebih dahulu Allah mengutus seorang rasul yang akan memberi peringatan kepada mereka. Allah tidak akan menurunkan azab dan siksa-Nya kepada suatu umat yang dalam keadaan lalai dan terlena sebelum mengirim rasul-Nya kepada mereka yang memberi tuntunan dan petunjuk, yang akan memperingatkan dan menimbulkan kesadaran dalam hati mereka bahwa mereka benar-benar telah sesat dari jalan yang lurus dan telah melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang bertentangan dengan keadilan dan perikemanusiaan. Siksaan yang diturunkan Allah kepada hamba-Nya yang durhaka kepada rasul yang memberi peringatan kepada mereka, misalnya memusnahkan mereka seperti yang pernah terjadi pada kaum 'Ad dan tsamud; atau siksaan yang menghinakan mereka dengan cara mengusir dan mencerai beraikan mereka, seperti yang diderita oleh Bani Israil; ada pula siksaan yang menghancurkan kekuatan mereka, seperti yang diderita oleh kaum musyrikin Mekah. Sesudah Nabi Muhammad diutus Allah kepada semua umat manusia, siksaan yang menghancurkan dan memusnahkan itu tidak ada lagi. Adapun malapetaka yang terjadi, seperti gempa, topan, banjir dan sebagainya, adalah cobaan dan ujian bagi umat manusia agar mereka insaf dan sadar akan kekuasaan Allah dan agar mereka selalu ingat kepada-Nya, dan tidak berpaling dari petunjuk dan ajaran yang diturunkan-Nya dengan perantara rasul-Nya. Allah sekali-kali tidak akan menganiaya hamba-Nya, tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri dengan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan sunatullah dan melanggar norma-norma yang telah diberikan-Nya untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Mungkin ada beberapa umat yang nampaknya kuat dan jaya padahal umat itu telah berpaling dari norma-norma keadilan dan perikemanusiaan, bahkan ada yang mengingkari kekuasaan Allah dan menganggap agama sebagai racun yang membunuh manusia. Hal itu adalah istidraj dari Allah yang membiarkan mereka tenggelam dalam paham kebendaan, sombong dan takabur atas hasil yang mereka capai. Namun akhirnya mereka akan mengalami nasib seperti orang yang sombong dan takabur. Terserah kepada manusia itu sendiri apakah ia akan menjadi orang yang beriman, mematuhi dan menjalankan semua aturan dan ajaran yang diturunkan-Nya dengan perantaraan rasul-Nya, sehingga dia hidup berbahagia jasmani dan rohaninya, ataukah dia akan menganggap dirinya lebih berkuasa atau lebih pintar serta menganggap ajaran-ajaran agama itu sudah ketinggalan zaman. Manusia bebas berpikir, berbuat dan menetapkan sesuatu menurut kehendaknya dan akhirnya akan terombang-ambing antara teori-teori yang terus berubah dan tidak tentu ujung pangkalnya serta terjerumus ke jurang kehancuran, keonaran dan kerusakan. Allah telah membentangkan di hadapan manusia jalan yang baik dan jalan yang buruk; diserahkan kepada manusia untuk memilihnya, jalan mana yang akan ditempuhnya.
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia