Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang sangat menginginkan untuk bertemu dengan Allah dan memperoleh balasan amal dari-Nya di hari Kiamat, sepatutnya beramal dan menjauhi segala larangan yang mungkin menimbulkan kemurkaan-Nya. Sebab balasan untuk amal seseorang pasti akan datang. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui niat dan amal seseorang. Oleh karena itu, ayat ini merupakan peringatan agar setiap orang senantiasa berniat untuk mencapai apa yang diinginkannya, yakni keridaan Allah dan menanamkan rasa takut dalam hati sanubarinya akan azab dan siksa-Nya. Maksud "menemui Allah" dalam ayat ini ialah "memperoleh nikmat dalam surga sebagai balasan amal perbuatan baik", di mana puncak dari kenikmatan itu adalah dengan melihat Zat Allah itu sendiri. Sementara itu Ibnu 'Abbas menafsirkan dengan arti "hari Kebangkitan dan hari Perhitungan". Yang jelas makna yang terkandung dalam ayat ini mendorong seseorang untuk mempersiapkan diri dengan mengerjakan perbuatan baik sebanyak mungkin dan menjauhi sama sekali larangan-larangan Allah. Dengan demikian, mereka memperoleh kebahagiaan yang abadi di akhirat kelak. Jumhur ulama tafsir menafsirkan liqa'ullah dengan maut (kematian) yang sudah pasti datangnya. Namun dalam kata di atas terkandung pula arti janji Allah berupa balasan bagi amal baik dan siksaan untuk perbuatan jahat. Baik mati atau janji Allah, keduanya pasti akan datang.
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia