Orang Yahudi mengetahui bahwa apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw itu benar, karena mereka telah mengenal Nabi Muhammad dari kitab mereka sendiri. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah swt: (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolong-nya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang beruntung. (al-A'raf/ 7: 157) Orang Yahudi itu mengenal Nabi Muhammad saw karena telah disebut-sebut di dalam Kitab Taurat (lihat al-A'raf/7:157 dan tafsirnya) dengan sifat-sifatnya dan pribadinya lebih daripada mengenal anaknya sendiri. Diriwayatkan dari Umar, bahwa beliau berjumpa dengan seorang pendeta Yahudi yang telah masuk Islam bernama Abdullah bin Salam, yang berkata demikian, "Saya lebih mengenal Nabi Muhammad daripada mengenal anak saya sendiri." Umar bertanya kepadanya, "Mengapa?" Ia menjawab, "Karena aku sedikit pun tidak meragukan bahwa Muhammad itu adalah nabi, sedangkan mengenai anakku, ada saja kemungkinan bahwa ibunya telah berkhianat." Maka Umar mencium kepala Abdullah bin Salam. Sebagian orang Yahudi mengingkari dan menyembunyikan kebenaran bahwa Nabi Muhammad saw itu adalah nabi dan bahwa Ka'bah itu adalah kiblat, tetapi sebagian lagi dari mereka ada yang mengakui kebenarannya serta mempercayai dan menerima petunjuknya.
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia