Pada ayat ini Allah memberitahukan kepada Nabi Muhammad bahwa dalam perjuangannya akan menemukan manusia yang paling memusuhi dan menyakiti orang-orang mukmin. Manusia itu adalah Yahudi Medinah, musyrik Arab dan kalangan penyembah berhala. Orang Yahudi dan orang musyrik Arab sama-sama menentang ajaran Muhammad. Persamaan inilah yang mengikat kedua golongan ini, meskipun masing-masing mempunyai sifat kepribadian yang berlawanan. Selanjutnya ayat ini memberitahukan kepada Nabi Muhammad bahwa dia akan mendapatkan manusia yang paling dekat dan menyukai orang-orang mukmin. Manusia itu adalah orang-orang Nasrani. Sebabnya ialah di antara mereka ada golongan yang memperhatikan pelajaran agama dan budi pekerti yaitu golongan biarawan yang anti terhadap kemewahan duniawi. Mereka bertakwa dan banyak bersemedi untuk beribadah. Tentunya kedua golongan ini orang-orang yang bersifat tawaduk (rendah hati) karena agama mereka mengajak mencintai musuh dan memberikan pipi yang kiri kepada orang yang memukul pipi kanannya. Kebaikan orang-orang Nasrani itu telah dibuktikan oleh sejarah yaitu sambutan Raja Habasyah (Abisinia) yang disebut Najasyi yang memeluk agama Nasrani. Dia beserta sahabat-sahabatnya melindungi Muslimin yang pertama kali melakukan hijrah dari Mekah ke Habasyah karena takut dari gangguan dan fitnahan yang dilakukan oleh kaum musyrik Arab secara kejam. Raja Romawi Timur di Syam yaitu Heraklius, ketika menerima surat Nabi Muhammad menyambutnya dengan sambutan baik dan berusaha memberikan penjelasan kepada rakyatnya, supaya dapat menerima ajakan Nabi Muhammad meskipun rakyat belum sependapat dengannya karena masih berpegang dengan kefanatikan. Mukaukis yang menguasai Mesir, juga menyambut surat Nabi dengan sambutan yang baik, meskipun dia belum bersedia untuk menerima ajakan Nabi kepada Islam, namun beliau menjawab surat Nabi serta mengirim hadiah berharga, antara lain berupa seorang jariah yang bernama Mariah al-Qibtiyah. Demikian sambutan orang Nasrani pada masa Nabi. Berlawanan sekali dengan orang Yahudi, meskipun mereka secara terpaksa menyatakan sikap simpatik terhadap orang-orang mukmin, namun di dalam hati mereka tersembunyi pikiran tipu daya untuk memperdayakan orang-orang mukmin. Karena ajaran-ajaran pemimpin-pemimpin Yahudi menanamkan pada mereka fanatisme kebangsaan dan pendirian bahwa Bani Israil adalah satu-satunya bangsa yang dipilih oleh Allah.
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia