Setelah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik terpukau oleh fatamorgana kehidupan duniawi dan gembira dengan kenikmatan yang kecil, lalu Allah menyebutkan akibat yang timbul dari sikap dan pandangan mereka yang keliru dengan mengajukan usul kepada Nabi Muhammad, agar kepada beliau diturunkan satu ayat dari Tuhan yang akan membuktikan kenabian dan kerasulannya. Di antara mereka adalah Abu Sufyan bin Harb (sebelum masuk Islam), Abdullah bin Abi Umayyah, dan kawan-kawannya. Mereka pernah mengatakan, "Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad bukti-bukti sebagaimana yang telah diturunkan kepada para nabi dan rasul terdahulu, seperti jatuhnya langit berkeping-keping kepada mereka, mengubah Bukit shafa menjadi emas, atau menggeser gunung-gunung dari sekitar kota Mekah, sehingga tempat-tempat yang lowong itu dapat dijadikan kebun." Ucapan mereka yang lain disebut dalam Al-Quran, antara lain yang terdapat dalam ayat berikut : Cobalah dia datangkan kepada kita suatu mukjizat sebagaimana rasul-rasul yang telah diutus. (al-Anbiya/21: 5) Dengan ucapan-ucapan mereka yang semacam itu, seolah-olah semua tanda dan bukti nyata yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw seperti Al-Quran dan lain-lain, bukan bukti nyata kerasulannya yang mampu mendorong mereka untuk taat dan iman kepada Allah, atau sebagai suatu kebenaran yang tak dapat diragukan lagi. Selanjutnya, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk menjelaskan kepada orang-orang musyrik tersebut bahwa turunnya bukti-bukti tersebut, tidak berperan menjadikan seseorang mendapat petunjuk atau menjadi sesat. Seluruhnya berada dalam kekuasaan Allah semata. Hanya Allah swt yang kuasa menyesatkan orang yang dikehendaki-Nya, dan menuntun orang yang suka bertobat ke jalan yang diridai-Nya. Walaupun Nabi Muhammad memiliki mukjizat yang membuktikan kerasulannya, namun hal itu tidak akan bermanfaat untuk menjadikan seseorang beriman. Yang harus ditempuh seseorang untuk beriman hanyalah bersikap rendah hati, taat, dan memohon hidayah kepada Allah swt, untuk memperoleh keberuntungan di dunia dan di akhirat, serta terhindar dari tipu daya dan godaan setan. Bagi orang yang beriman, Al-Quran adalah mukjizat yang membuktikan kerasulan Nabi Muhammad saw, sehingga tidak diperlukan bukti-bukti lain. Sebaliknya, orang-orang musyrik tenggelam dalam kesesatan dan keingkaran, sehingga bukti-bukti atau mukjizat apapun yang diperlihatkan oleh Rasulullah tidak akan menjadikan mereka orang-orang yang beriman.
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia