Ayat ini menerangkan perintah Allah kepada Nabi Muhammad agar menyeru kepada orang-orang kafir untuk beriman kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada pada keduanya. Jika mereka tidak menerima ajakan itu dan berpaling, Rasulullah diperintahkan untuk mengingatkan mereka tentang azab yang akan ditimpakan Allah kepada setiap orang yang ingkar kepada-Nya. Di antara azab yang pernah ditimpakan kepada orang-orang yang ingkar ialah suara keras yang mengguntur dari langit dan memusnahkan semua yang dikenainya, seperti yang pernah ditimpakan kepada kaum 'Ad, kaum Samud, penduduk Aikah, dan sebagainya. Malapetaka itu menimpa mereka karena mengingkari seruan rasul yang diutus kepada mereka dan mengabaikan peringatan para rasul itu. Rasulullah menambahkan bahwa jika mereka tidak ingin ditimpa malapetaka seperti itu, maka ikutilah seruan yang disampaikannya dan agar hanya menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Seruan Rasulullah itu ditanggapi orang-orang musyrik dengan sikap angkuh dan sombong. Mereka mengingkarinya dengan mengatakan bahwa sekiranya Allah hendak mengutus para rasul kepada manusia, tentu Dia tidak akan mengutus manusia seperti Nabi Muhammad. Akan tetapi, Allah akan mengutus orang-orang yang mempunyai kelebihan dari manusia biasa, mempunyai kekuatan gaib, sanggup mengabulkan langsung segala yang diminta orang-orang yang diserunya, seperti malaikat, jin dan sebagainya. Menurut mereka, rasul yang diangkat dari manusia biasa tidak akan bisa memerkenankan permintaan orang-orang yang diserunya karena tidak mempunyai kelebihan apa pun. Sementara, menurut mereka, Allah belum berkehendak mengutus rasul itu. Itulah sebabnya mereka mengingkari kerasulan Nabi Muhammad. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab " Ad-Dalail" dan Ibnu Asakir dari Jabir bin 'Abdullah. Ia mengatakan bahwa Abu Jahal dan para pemimpin kaum Quraisy berkata, "Sesungguhnya kurang jelas bagi kita apa yang disampaikan oleh Muhammad itu, jika kamu menemukan seorang ahli sihir, tenung, dan syair, maka hendaklah ia berbicara dengannya, dan datang kepada kita untuk menerangkan maksud yang disampaikan Muhammad saw itu." 'Utbah bin Rabi'ah berkata, "Demi Allah, aku benar-benar telah mendengar sihir, tenung, dan syair. Aku benar-benar memahami rumpun engkau hai Muhammad adalah orang yang paling baik dalam rumpun keluarga Abdul Muththalib?" Muhammad tidak menjawab. 'Utbah berkata lagi, "Mengapa engkau mencela tuhan-tuhan kami dan menganggap kami sesat? Jika engkau menghendaki wanita, pilihlah olehmu sepuluh wanita yang paling cantik yang kamu kehendaki dari suku Quraisy ini. Jika engkau menghendaki harta, kami kumpulkan harta itu sesuai dengan yang kamu perlukan." Setelah Rasulullah mendengar ucapan 'Utbah, beliau membaca Surah Fushshilat ini sejak permulaan ayat sampai kepada ayat ini, yang menerangkan malapetaka yang pernah ditimpakan kepada kaum 'Ad, dan Samud. Mendengar ayat yang dibacakan Rasulullah saw, Utbah diam seribu bahasa, lalu pulang ke rumahnya, tidak langsung kepada kaumnya. Tatkala kaumnya melihat 'Utbah dalam keadaan demikian, mereka mengatakan bahwa 'Utbah telah kena sihir Muhammad. Lalu mereka mencari 'Utbah dan berkata kepadanya, "Ya 'Utbah, engkau tidak datang kepada kami itu adalah karena engkau telah kena sihir." Maka 'Utbah marah dan bersumpah tidak akan berbicara lagi dengan Muhammad, kemudian ia berkata, "Demi Allah, aku benar-benar telah berbicara dengannya, lalu ia menjawab dengan satu jawaban yang menurut pendapatku jawaban itu bukan syair, bukan sihir, dan bukan pula tenung. Tatkala ia sampai kepada ucapan: petir yang seperti menimpa kaum 'Ad dan Samud, aku pun diam seribu bahasa. Aku benar-benar mengetahui bahwa Muhammad itu, apabila ia mengatakan sesuatu, ia tidak berdusta, dan ia takut kepada azab yang akan menimpa itu." Sebagaimana diketahui bahwa 'Utbah termasuk pemuka Quraisy dan orang yang berpengetahuan luas di antara mereka. Di samping seorang sastrawan ia juga mengetahui seluk-beluk sihir dan tenung yang dipercayai orang pada waktu itu. Kebungkaman 'Utbah itu menunjukkan bahwa hatinya telah beriman kepada Rasulullah, tetapi karena pengaruh nafsu dan kedudukan, maka ia mengingkari suara hatinya. Demikian pula halnya dengan kebanyakan orang-orang musyrik. Hatinya telah beriman dan ia telah takut kepada azab yang akan ditimpakan kepadanya seandainya ia tidak beriman, tetapi mereka tetap tidak beriman karena khawatir akan dikucilkan oleh kaumnya. Oleh karena itu, mereka mencari-cari alasan untuk menutupi hati mereka dengan mengatakan bahwa mustahil Allah mengangkat seorang rasul dari golongan manusia biasa. Jika Allah mengangkat rasul, tentu rasul itu dari golongan malaikat.
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia