Diriwayatkan dari al-Bukhari dan Muslim beserta imam-imam yang lain dari Ibnu Mas'ud ia berkata, "Ketika aku bersembunyi di belakang tirai Ka'bah, maka datanglah tiga orang: seorang Quraisy dan dua orang Bani saqif, atau seorang Bani saqif dan dua orang Quraisy, sedikit sekali ilmunya dan amat buncit perut mereka, mereka mengucapkan perkataan yang tidak pernah aku dengar. Maka salah seorang mereka berkata, 'Apakah kamu berpendapat bahwa Allah mendengar perkataan kita ini? Maka yang lain menjawab, 'Sesungguhnya apabila kita mengeraskan suara kita, niscaya Dia mendengarnya dan apabila kita tidak mengeraskannya niscaya Dia tidak mendengarnya. Maka yang lain berkata, 'Jika Dia mendengar sesuatu daripadanya, pasti Dia mendengar seluruhnya." Maka Ibnu Mas'ud menyampaikan yang demikian pada Nabi saw, maka Allah menurunkan ayat ini sampai kepada firman-Nya: mi nal khasirin. Ayat ini menerangkan bahwa manusia itu tidak dapat menyembunyikan dan merahasiakan perbuatan-perbuatan kejinya, sekalipun ia berbuat kemaksiatan, kejahatan, dan kekafiran secara terang-terangan dan mengingkari hari kebangkitan dan pembalasan Allah. Bahkan, ia mengira di saat ia menyembunyikan perbuatannya dari manusia, Allah pun tidak mengetahui apa-apa yang mereka kerjakan. Oleh karena itu, ia tidak akan dapat menghukum dan memberi pembalasan. Ayat ini memperingatkan orang-orang yang beriman agar selalu waspada dan memikirkan benar-benar perbuatan-perbuatan yang akan mereka lakukan, karena Allah mengetahui segala yang mereka perbuat, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia