Kemudian Allah menjelaskan bahwa nasib orang-orang kafir yang tersesat itu tidak sama dengan orang-orang yang berada di bawah cahaya yang terang-benderang yang datang dari Allah dan dibimbing pula oleh petunjuk-petunjuk-Nya yang membuktikan kebenaran agamanya yaitu Al-Quran. Kebenaran itu juga didukung oleh bukti-bukti yang lain yang datang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat yang diturunkan kepada Musa sebagai landasan iman yang menjadi rahmat bagi orang yang mempercayainya di kalangan Bani Israil. Orang-orang yang mempunyai sifat yang demikian utamanya itu tentu tidak sama dengan orang-orang yang hanya mengejar kehidupan dunia yang fana, dan tidak sama pula dengan orang yang mengutamakan kehidupan kerohanian saja untuk mencapai kebahagiaan di akhirat. Barang siapa memperhatikan beberapa segi keutamaan yang tersebut dalam ayat ini, mereka itulah orang-orang yang beriman, yang menghimpun antara dalil-dalil yang nyata dan dalil-dalil yang diambil dari kitab lain. Mereka meyakini bahwa Al-Quran itu bukan buatan Muhammad akan tetapi semata-mata wahyu dan firman Allah. Karena itu jangan sampai ada yang meragukan kebenaran Al-Quran itu. Al-Quran tidak mengandung kebatilan, baik ayat-ayatnya yang pertama turun, hingga yang terakhir. Dia adalah firman Allah Yang Mahabijaksana dan Maha Terpuji. Tetapi amat disayangkan bahwa kebanyakan manusia tidak beriman kepadanya. Adapun orang-orang musyrik tidak mau beriman disebabkan oleh kesombongan para pemuka-pemukanya dan karena taklid buta dari pengikut-pengikutnya terhadap ajaran nenek moyang mereka yang sesat. Demikian pula ahli kitab, karena suka mengubah agama nabi-nabinya dan mengadakan berbagai macam bidah dalam agama.
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia