Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa hari Kiamat itu pasti datang, tetapi Allah sengaja merahasiakan dan tidak menjelaskan waktunya, kapan hari Kiamat itu terjadi. Sengaja Allah merahasiakan waktu terjadinya hari Kiamat, agar dengan demikian manusia selalu berhati-hati dan waspada serta siap untuk menghadapinya. Dirahasiakannya kedatangan hari Kiamat sama halnya dengan dirahasiakannya kapan ajalnya seseorang itu tiba. Tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui kapan dan di mana ia akan mati, sebagaimana firman Allah: Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (Luqman/31: 34) Apabila seseorang mengetahui kapan ajalnya tiba tentunya ia akan berbuat semau hatinya, menurutkan hawa nafsunya, mengerjakan segala macam maksiat yang dikehendakinya. Sesudah ajalnya dekat barulah ia tobat dan Allah akan menerima tobatnya sesuai dengan janji-Nya. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, sebagaimana firman-Nya: Sungguh, Allah tidak menyalahi janji. (Ali Imran/3: 9) Tetapi kalau ia tidak tahu kapan ajalnya tiba, tentunya ia selalu hati-hati, perintah dikerjakannya, larangan dijauhinya. Apabila ia berbuat masiat, segera ia bertobat karena takut kalau ajalnya datang mendadak sebelum ia bertobat. Jadi, gunanya kiamat dirahasiakan adalah supaya manusia giat berbuat baik, bila manusia yang seharusnya berbuat baik tetapi ia berbuat jahat, maka sangat pantaslah orang itu dihukum. Oleh karena itulah sangat adil bila yang berbuat baik itu diberi imbalan dan yang berbuat jahat diberi azab. Firman Allah: Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (az-Zalzalah/99: 7-8) Dan firman-Nya: Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan. (ath-thur/52: 16)
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia