Untuk memperkuat bahwa Allah itu tidak akan salah dan lupa, dan untuk menolak kemungkinan timbulnya sangkaan bahwa catatan yang ada di "Lauh Mahfudz" itu bisa salah dan ada yang tidak tercatat karena lupa, maka pada ayat ini ditegaskan bahwa Tuhan yang menguasai pencatatan itu, ialah Tuhan Yang menjadikan bumi ini sebagai hamparan bagi manusia yang terbentang luas untuk dipergunakan sebagai tempat tinggal, bangun, tidur dan berpergian dengan bebas ke mana-mana, sebagaimana firman Allah: Allah-lah yang menjadikan bumi untukmu sebagai tempat menetap. (al- Mu'min/40: 64) Dan firman-Nya: Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya. (al-Mulk/67: 15) Tuhanlah yang telah menjadikan jalan-jalan di bumi ini, baik di gunung-gunung maupun di tempat-tempat yang rendah untuk menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lain, antara satu kota dengan kota yang lain, antar satu desa dengan desa yang lain, guna memudahkan melaksanakan keperluan-keperluan manusia. Sejalan dengan firman Allah: Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, agar kamu dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas. (Nuh/71: 19-20) Dan firman-Nya: "Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan Kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk." (al-Anbiya'/21: 31) Tuhanlah, yang menurunkan air hujan dari langit yang menyebabkan tumbuhnya tanam-tanaman dan buah-buahan yang bermacam-macam cita rasanya, ada yang masam, ada yang manis, bermacam ragam dan jenis dan manfaatnya. Ada yang layak untuk manusia, dan ada yang baik untuk binatang yang kesemuanya itu menunjukkan atas besarnya karunia dan banyaknya nikmat yang dilimpahkan Allah kepada semua hamba-Nya. Sejalan dengan firman Allah: Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. (al-Baqarah/2: 22)
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia