Sabab Nuzul: Ibnu Abbas menyatakan bahwa ketika Allah mengutus Muhammad sebagai rasul, orang-orang kafir mengingkarinya dengan mengatakan, "Allah jauh lebih mulia dari mengangkat manusia menjadi rasul-Nya, seperti Muhammad." Maka turunlah ayat ini. Orang kafir Mekah khususnya dan semua orang kafir pada umumnya heran dan tercengang, mengapa wahyu itu diturunkan kepada seorang manusia biasa seperti Muhammad, bahkan kepada seorang yatim, tidak kepada seorang terpandang di antara mereka. Allah menegaskan dengan ayat ini, bahwa keheranan mereka itulah yang mengherankan. Mengapa mereka harus tercengang bahwa Allah telah menurunkan Al-Quran kepada manusia biasa. Mengenai siapa yang pantas dan yang sanggup menyampaikan agama Allah kepada seluruh manusia, hanyalah Allah sendirilah Yang Paling mengetahuinya. Kekayaan, kekuasaan, kedudukan dan kepandaian semata belum tentu dapat dijadikan alasan untuk mengangkat seseorang menjadi nabi dan rasul. Sesungguhnya sikap mereka seperti ini terhadap rasul yang diutus Allah terdapat pula pada manusia-manusia yang terdahulu kepada para rasul yang telah diutus kepada mereka, sebagaimana tersebut dalam firman Allah. Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu dan agar kamu bertakwa, sehingga kamu mendapat rahmat. (al-Araf/7: 63) Sikap mereka yang demikian itu adalah karena rasa dengki yang telah terpendam dalam hati mereka, apapun bukti yang dikemukakan, mereka tidak akan beriman, sehingga Allah menurunkan azab kepada mereka. Allah berfirman: Dan sekiranya rasul itu Kami jadikan (dari) malaikat, pastilah Kami jadikan dia (berwujud) laki-laki, dan (dengan demikian) pasti Kami akan menjadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu. Dan sungguh, beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) telah diperolok-olokkan, sehingga turunlah azab kepada orang-orang yang mencemoohkan itu sebagai balasan olok-olokkan mereka. (al-Anam/6: 9-10) Allah menerangkan tugas utama dari seorang rasul, yaitu: 1.Memberikan peringatan kepada manusia dan menerangkan kepada mereka tentang keesaan Allah, adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan, adanya hukuman dari Allah bagi semua orang yang tidak mengikuti agama-Nya, ketentuan-ketentuan, perintah-perintah, larangan-larangan Allah, dan sebagainya. 2.Memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengikuti seruan Rasul, bahwa mereka memperoleh pahala yang besar dari Allah, karena telah melakukan perbuatan-perbuatan yang benar dan terpuji. Setelah orang-orang Arab melihat pengaruh Al-Quran yang amat besar pada jiwa dan hati orang-orang yang beriman serta kehidupan mereka, maka mereka mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang tukang sihir, dan Al-Quran itu adalah sihir. Mereka menamakan Al-Quran sihir karena kuatnya pengaruh Al-Quran pada hati orang-orang yang beriman hampir sama besarnya dengan sihir, yang dapat memisahkan antara dua orang yang dahulunya bersaudara, antara seseorang dengan bapak, ibu, isteri dan anak-anaknya. Karena sangat cinta kepada Allah dan rasul-Nya, seolah-olah cinta kasih mereka berkurang kepada anak-anak, isteri dan sebagainya. Orang-orang yang beriman yakin bahwa Al-Quran itu bukan sihir, bukan pula sesuatu yang dapat dijadikan guna-guna, tetapi merupakan kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah, menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, pokok-pokok hukum, akhlak, perbuatan yang baik yang diridai Allah, cara-cara membersihkan jasmani dan rohani dari segala macam najis, berisi seruan kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Muhammad adalah rasul Allah yang menyampaikan dan mengajarkan Al-Quran kepada manusia. Al-Quran itu juga merupakan nikmat dan mukjizat bagi Muhammad untuk menguatkan kerasulannya. Karena kaum Muslimin sangat merasakan faedah dan petunjuk ayat-ayat Al-Quran bagi dirinya, dan kebenaran semua yang tersebut di dalamnya. Oleh karena itu, mereka mengikuti dengan sepenuh hati, mengikuti semua petunjuk yang sangat berbeda dengan petunjuk kemusyrikan, mencontoh akhlak Nabi Muhammad yang berbeda dengan akhlak nenek moyang mereka, mengikuti adat kebiasaan Nabi yang berbeda dengan adat kebiasaan nenek moyang mereka. Mereka juga lebih mencintai orang yang beriman dari orang lain, sekalipun orang lain itu adalah ibu-bapaknya dan sebagainya. Dengan demikian orang-orang kafir menganggap bahwa orang yang beriman telah kena sihir oleh Muhammad dan mereka menganggap Muhammad sebagai tukang sihir.
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia