Berikutnya ayat ini mengemukakan beberapa alasan yang menunjukkan kebenaran agama tauhid dan kesesatan keyakinan orang musyrikin, yaitu kebanyakan dari mereka yang mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain, memusuhi Rasulullah saw dan mendustakan hari kebangkitan. Anggapan serupa itu bukanlah keyakinan yang benar, akan tetapi dugaan yang dilandasi taklid buta kepada nenek moyang mereka karena mereka menduga bahwa apa yang baik menurut nenek moyang mereka, adalah baik buat mereka, padahal yang dilakukan oleh nenek moyang mereka adalah sesat. Di sisi lain, ada segolongan kecil dari mereka yang mengetahui bahwa agama yang dibawa oleh Rasulullah saw itulah agama yang benar, dan berhala-berhala yang mereka sembah tidak dapat memberi pengaruh apa-apa kepada mereka. Akan tetapi karena hati mereka dikotori oleh kemusyrikan, dan sikap mereka yang sombong dan ingkar terhadap kerasulan Muhammad serta perasaan mereka yang takut apabila kepemimpinan mereka hilang, maka mereka tetap bertaklid buta kepada nenek moyang mereka yang bergelimang dalam kemusyrikan. Kemudian Allah menerangkan bagaimana keadaan yang sebenarnya dari orang-orang yang mendasarkan keyakinannya kepada dugaan itu, bahwa sesungguhnya persangkaan itu sedikitpun tidak berguna untuk mencapai kebenaran. Dugaan-dugaan itu tidak dapat disamakan dengan keyakinan, dan keyakinan tidak bisa terjadi kecuali apabila didasarkan kepada sesuatu yang benar yaitu kepada yang telah mantap, yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Di akhir ayat Allah menegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui apa saja yang mereka lakukan, baik perbuatan yang didasarkan kepada kepercayaan yang belum pasti kebenarannya, ataupun amal perbuatan yang didasarkan kepada yang telah pasti kebenarannya. Dia-lah yang mengetahui perbuatan-perbuatan mereka, dan memberikan balasan sesuai dengan perbuatan mereka.
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia