Allah membagi kaum Musa (Bani Israil), baik yang beriman kepada Allah maupun yang ingkar kepada-Nya menjadi dua belas suku yang dinamakan "Sibth". Pada suatu perjalanan di tengah padang pasir, kaumnya menderita kehausan, maka Allah mewahyukan kepada Musa agar ia memukulkan tongkatnya kesebuah batu. Setelah Musa memukulkannya, maka terpancarlah dari batu itu dua belas mata air, sesuai dengan banyaknya suku-suku Bani Israil (al-Baqarah/2: 60). Untuk masing-masing suku disediakan satu mata air dan mereka telah mengetahui tempat minum mereka; untuk menjaga ketertiban dan menghindarkan berdesak-desakan. Kejadian ini merupakan mukjizat bagi Nabi Musa untuk membuktikan kerasulannya, dan untuk memperlihatkan kekuasaan Allah. Kalau dahulu dia memukulkan tongkatnya ke laut sehingga terbentanglah jalan yang akan dilalui Bani Israil untuk menyelamatkan diri dari pengejaran Firaun dan tentaranya, maka pada kejadian ini Musa memukulkan tongkatnya ke batu, sehingga keluarlah air dari batu itu untuk melepaskan haus kaumnya. Kejadian ini di samping merupakan mukjizat bagi Nabi Musa juga menunjukkan besarnya karunia Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada Bani Israil. Di samping karunia itu Allah menyebutkan karunia lain yang telah diberikan-Nya kepada Bani Israil, yaitu: 1. Allah melindungi mereka dengan awan pada waktu mereka berjalan di tengah padang pasir dan pada waktu panas terik matahari yang membakar itu. Jika tidak awan yang melindungi, tentulah mereka terbakar oleh panasnya matahari. Hal ini terjadi ketika mereka meninggalkan negeri Mesir dan setelah menyeberangi Laut Merah. Mereka sampai di gurun pasir di Semenanjung Sinai dan ditimpa panas yang terik. Karena itu mereka minta agar Musa berdoa kepada Tuhan agar memberikan pertolongan-Nya. Maka Allah menolong mereka dengan mendatangkan awan yang dapat melindungi mereka dari panas terik matahari. 2. Di samping itu Allah mengaruniakan pula kepada mereka makanan yang disebut al-manna", semacam makanan yang manis seperti madu, yang turun terus-menerus dari langit, sejak fajar menyingsing sampai matahari terbit. Di samping itu dianugerahkan Allah pula kepada mereka bahan makanan sejenis burung puyuh yang disebut "shalwa". 3. Allah memerintahkan kepada mereka agar makan makanan yang halal, yang baik, berfaedah bagi jasmani dan rohani, akal dan pikiran. Allah telah melimpahkan karunia-Nya yang amat besar kepada Bani Israil, tetapi mereka tidak mau bersyukur, bahkan mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah, ingkar kepada-Nya dan kepada Rasul-rasul-Nya, yang berakibat mereka mendapat azab dan siksaan-Nya. Mereka disiksa itu semata-mata karena perbuatan mereka sendiri, bukanlah karena Allah hendak menganiaya mereka. Tersebut dalam sebuah hadis Qudsi: "Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan (mengerjakan), kezaliman atas diri-Ku, dan Aku menjadikan perbuatan zalim itu (sebagai suatu perbuatan) yang diharamkan di antaramu, maka janganlah kamu saling berbuat zalim (di antara sesamamu). Wahai hamba-hamba-Ku, kamu sekali-kali tidak akan dapat menimbulkan kemudaratan kepada-Ku, sehingga Aku memperoleh kemudaratan karenanya, dan kamu sekalian tidak dapat memberi manfaat kepada-Ku, sehingga Aku memperoleh manfaat karenanya". (Hadis Qudsi ialah firman Allah yang diucapkan atau disampaikan oleh Nabi Muhammad, tetapi dia bukan merupakan ayat Al-Quran. Riwayat Muslim)
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia