Menurut Muqatil bahwa ayat-ayat ini diturunkan berhubungan dengan sikap para pemuka Quraisy ketika mendengar bacaan ayat-ayat Al-Qur'an, seperti perkataan al-Walid bin al-Mugirah bahwa sesungguhnya Muhammad seorang pesihir, perkataan Abu Jahal bahwa Muhammad seorang penyair, dan perkataan 'Uqbah bahwa Muhammad seorang tukang tenung. Ayat ini membantah perkataan-perkataan itu. Allah menegaskan kepada orang musyrik Mekah dengan bersumpah dengan makhluk-Nya, baik yang dapat dilihat, diketahui, dan dirasakan dengan pancaindra maupun tidak, bahwa Al-Qur'an yang diturunkan kepada Muhammad itu benar-benar wahyu dari-Nya. Al-Qur'an bukan perkataan Muhammad atau perkataan yang diada-adakan Muhammad kemudian dikatakan sebagai firman Allah. Dari perkataan bima tubsirun (segala yang dapat kamu lihat) dapat dipahami bahwa sebenarnya orang musyrik Mekah seharusnya dapat meyakinkan bahwa Al-Qur'an itu berasal dari Allah, bukan buatan Muhammad. Hal ini berdasarkan pada pengetahuan yang ada pada mereka, seperti pengetahuan tentang Muhammad, pengetahuan tentang gaya bahasa dan keindahan bahasa Arab yang terdapat dalam Al-Qur'an, dan isi Al-Qur'an itu sendiri. Kemudian dari perkataan "wama la tubsirun" (dan apa yang tidak kamu lihat) dipahami bahwa banyak hal yang tidak diketahui oleh orang musyrik Mekah. Jika mereka mengetahui yang demikian itu, tentu akan dapat menambah keyakinan dan kepercayaan mereka kepada Muhammad.
Sumber : Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia